Tema Seminar Nasional Arsitektur Pertahanan (Arshan) 2025 ini adalah SEMINAR NASIONAL ARSITEKTUR PERTAHANAN 2025 “ARSITEKTUR ADAPTIF MEWUJUDKAN LINGKUNG BINA TANGGAP IKLIM, yang mencakup sub tema sebagai berikut:

1. Desain Ramah Iklim dan Inovasi dalam Teknologi Bangunan:

Sub tema ini fokus pada pendekatan desain dan teknologi yang mengurangi dampak negatif bangunan terhadap lingkungan. Diskusi akan mencakup inovasi seperti sistem energi terbarukan (panel surya, turbin angin), material konstruksi rendah karbon, dan teknologi cerdas (IoT, sensor iklim) yang memungkinkan bangunan beradaptasi secara dinamis dengan perubahan iklim.

2. Strategi Urban Adaptif Untuk Membangun Kota yang Berkelanjutan dan Resilien:

Sub tema ini membahas perencanaan kota yang mampu beradaptasi dengan tantangan iklim, seperti banjir, kekeringan, dan kenaikan suhu. Fokusnya meliputi konsep tata kota berbasis ekosistem, seperti ruang terbuka hijau multifungsi, sistem drainase berkelanjutan, dan zonasi kawasan yang meminimalkan risiko bencana. Diskusi juga akan mengeksplorasi bagaimana integrasi transportasi ramah lingkungan, kawasan pedestrian, dan ruang publik dapat menciptakan kota yang lebih tangguh dan layak huni.

3. Arsitektur Vernakular yang Mengintegrasikan Kearifan Lokal dalam Merespons Perubahan Iklim:

Sub tema ini mengangkat nilai-nilai arsitektur tradisional yang telah terbukti tanggap iklim, seperti rumah panggung anti-banjir, atap tinggi untuk sirkulasi udara, atau penggunaan material lokal yang ramah lingkungan. Diskusi akan mengeksplorasi bagaimana kearifan lokal dapat diadaptasi dan diintegrasikan dengan teknologi modern untuk menciptakan solusi arsitektur yang berkelanjutan dan relevan dengan konteks lokal.

4. Manajemen Risiko Iklim dan Peran Arsitektur dalam Mengurangi Kerentanan terhadap Bencana:

Sub tema ini membahas bagaimana desain arsitektur dan perencanaan kota dapat mengurangi kerentanan terhadap bencana iklim, seperti banjir, gempa, atau badai. Fokusnya meliputi strategi mitigasi risiko melalui desain struktural yang tahan bencana, sistem peringatan dini terintegrasi, dan pendekatan berbasis komunitas untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Diskusi juga akan mengeksplorasi bagaimana data iklim dan pemetaan risiko dapat diintegrasikan ke dalam proses desain.

5. InKolaborasi Multidisiplin Menuju Sinergi antara Arsitektur, Sains, dan Kebijakan Publik:

Sub tema ini menekankan pentingnya kolaborasi antara arsitek, ilmuwan, pemerintah, dan masyarakat dalam menciptakan solusi tanggap iklim. Diskusi akan mencakup peran kebijakan publik dalam mendorong praktik arsitektur berkelanjutan, seperti insentif untuk bangunan hijau, regulasi penggunaan material ramah lingkungan, dan integrasi sains iklim dalam perencanaan kota. Sub tema ini juga akan membahas bagaimana sinergi multidisiplin dapat menghasilkan inovasi yang lebih aplikatif dan berdampak luas.